Budaya Yang Penuh Warna

Rayhan Naufal Luthfi
3 min readJul 3, 2021

--

Halalbihalal ( Sumber : https://www.merdeka.com)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, halabihalal merupakan hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang. Dalam realitanya, halalbihalal tidak selalu dilaksanakan saat bulan Ramadhan. Terkadang dalam lingkungan perumahan, halalbihalal kerap dilaksanakan sebagai bentuk acara tahunan. Bahkan tidak sedikit acara halalbihalal diadakan dengan tujuan hanya untuk berkumpul saja. Budaya ini sudah mengakar di Indonesia, tak terkecuali lingkungan rumahku.

Sebenarnya apasih yang melatarbelakangi mengakarnya budaya ini? Kapan awalnya budaya ini diperkenalkan?

Halal bihalal pertama kali dicetuskan oleh KH. Wahab Chasbullah pada tahun 1946. Pada masa itu, Indonesia diketahui sedang mengalami masalah disintegrasi bangsa. Dalam kondisi tersebut, Bung Karno kemudian memanggil KH. Wahab Chasbullah untuk memberikan saran dan pendapat guna mengatasi situasi politik tersebut.

Pada saat itu, KH.Wahab Abdullah memberikan saran pelaksanaan kegiatan halal bihalal. Kegiatan ini dilakukan untuk tujuan membumikan dan menumbuhkan konsep ajaran Ahlussunah wal Jamaah. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat Indonesia dapat mempererat tali persaudaraan, kemanusiaan, dan kebangsaan. Dalam Ukhuwah NU ketiga hal ini disebut juga dengan islamiyah, basyariyah, dan wathaniyah, yang biasanya dilakukan pada momen bulan Syawal untuk saling bermaaf-maafan.

Dilaksanakan pada awal-awal kemerdekaan, tradisi halal bihalal ini justru bertahan hingga saat ini. Kegiatan silaturahim bahkan dilakukan oleh masyarakat setiap perayaan Idul Fitri. Baik dalam lingkup keluarga besar, lingkup kantor atau lingkungan kerja, hingga instansi swasta dan pemerintahan mengadakan halal bihalal untuk saling bermaaf-maafan. Namun, lingkungan perumahanku sangatlah untik. Budaya halalbihalal ini diadakan sebanyak 2 tahun sekali. Tujuannya sih kalo kata pak RT biar antarwarga saling kenal dan lebih dekat.

Akan tetapi, tidak hanya itu yang kurasakan. Rasa kepemilikan, rasa kebersamaan, dan rasa senasibsepernanggungan juga dapat terasa dengan kegiatan ini. Anak-anak juga bisa merasa nyaman untuk bermain di lingkungan ini. Bahkan, para asisten rumah tangga juga betah ketika diwadahi sebuah acara untuk bisa bercanda gurau dengan asisten rumah tangga yang lain. Dua tahun sekali? Anggarannya gimana tuh? Ini juga merupakan salah satu nilai positif yang bisa dipetik dari kegiatan halalbihalal. Gotong royong dan rasa saling membantu antarwarga dapat memenuhi keperluan acara ini. Begitulah warna yang dapat dihasilkan dari sebuah budaya halalbihalal.

Lalu, unsur apa yang paling ditonjolkan oleh budaya halalbihalal? Sejatinya dalam sebuah proses halalbihalal, bahasa lah yang paling dominan. Anak-anak yang bercanda gurau, ibu-ibu yang tak hentinya bergosip, bahkan sampai bapak-bapak yang berdiskusi mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah merupakan hal-hal yang tak pernah hilang dalam halalbihalal. Unsur bahasalah yang membangun atmosfer nyaman dalam kegiatan ini, tanpa adanya komunikasi apalah jadinya sebuah halalbihalal.

Bagaimana sih kita sebagai masyarakat Indonesia untuk memosisikan budaya halalbihalal? Dengan melihat dari sudut pandang dari 3T, yaitu tatanan. tuntunan. dan tontonan, budaya halalbihalal sangatlah berwarna. Budaya ini merepresentasikan keinginan masyarakat untuk hidup damai dan ingin saling membantu antara satu dengan yang lain. Budaya ini juga menuntun kita untuk saling memaafkan antarsesama serta sesimple untuk saling bersilaturahmi. Selain itu juga, budaya halalbihalal merupakan budaya yang dapat mempertontonkan ciri khas bangsa Indonesia, yaitu dapat hidup rukun dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, budaya yang sudah dibangun sejak lama haruslah tetap dilestarikan dan dilakukan supaya dampak yang diberikan oleh budaya halalbihalal dapat mewarnai kehidupan kita dalam bermasyarakat di Indonesia.

#Mengbudaya #KATITB2021

--

--

No responses yet